Tuesday, January 15, 2013

REBO WEKASAN


Oleh: Ibnu Malik

Sebagai Umat Islam dan Jawa pada khususnya kita sudah tidak asing dengan upacara yang dinamakan dengan Rebo Wekasan. Pada hari tersebut orang-orang akan berdoa memohon keselamatan kepada Allah SWT. Ada juga yang membuat kue apem dan membagikannya kepada para tetangga. Ada pula yang membuat semacam rajah (tulisan berisi doa penolak bala) untuk disimpan di atas pintu rumahnya.  Walaupun banyak versi yang menerangkan tentang kegiatan Rebo Wekasan, namun pada intinya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menghindarkan diri dari dosa dan segala bencana.

Hari rabu merupakan hari saat Rasulullah saw., pertama kali oleh Allah diberi sakit. Pada hari itu pula merupakan hari terakhir Rasulullah saw., sehat. Pada hari tersebut juga merupakan hari Syekh Siti Jenar dieksekusi di Cirebon oleh Wali Sanga yang diwakili Sunan Kudus. Karena Syekh Siti Jenar mempunyai anak asuh (anak yatim), maka sebelum dieksekusi beliau berwasiat titip anak yatim. Pada masa selanjutnya anak-anak yatim asuhan Syekh Siti Jenar berkeliling ke rumah-rumah warga untuk meminta sumbangan biaya hidup sambil menyanyikan syair “Tawur Ji”.
Syekh Siti Jenar mempunyai anak yatim yang diasuh sebanyak 21 orang. Setelah wafatnya Syekh Siti Jenar dan kedua murid tertuanya, maka kedua puluh satu anak-anak gembala kambing Syekh Siti Jenar terlantar, terutama perihal sandang pangannya. Oleh karena inilah mereka ditampung oleh yang berwenang di Cirebon yaitu bagian Sosial.
Sebagaimana ditulis oleh P.S. Sulendraningrat dalam bukunya Sejarah Cirebon, bahwa anak-anak asuh Sekh Siti Jenar dianjurkan untuk mendatangi Masjid Agung Cirebon saban hari Jumat untuk menerima sedekah alakadarnya dari orang-orang yang sholat Jumat dan dianjurkan pula agar mereka sejak awal Rabu hingga Rabu wekasan/penutup/terakhir dalam tiap bulan Safar, mendatangi saban rumah penduduk Kota Cirebon khususnya dengan ucapan “Tawur Ji Tawur, selamat dawa umur”  (Ji adalah perpendekan dari kata Aji artinya yang terhormat, yang dimaksud dengan istilah Aji itu kalau sekarang adalah Bapak, Ibu, Sudara, atau Saudari). (P.S. Sulendraningrat: 49: 1975)
Tradisi ini sangat bagus untuk dilestarikan, karena doa anak yang masih suci itu sangat ampuh/terkabul oleh Allah SWT. Sebagai balasan warga Kota Cirebon kepada anak-anak yatim tersebut maka mereka akan memberikan bantuan berupa sandang dan pangan.
Tradisi tawur atau sawer merupakan ajaran agar kita selalu menebarkan keutamaan, kebaikan, dan kesholehan. Ini bertujuan agar kita mendapatkan keselamatan serta ridho Allah SWT. Menebarkan keutamaan dan kebaikan ini disimbolkan melalui kegiatan Tawur Ji. Salah satu tempat di Cirebon yang melaksanakan tradisi ini adalah Daerah Astana Gunung Jati.
Pada hari Rebo Wekasan juga sebagian orang akan membuat kue apem. Apem yang diambil dari Bahasa Arab yaitu Afuwun yang berarti Ampunan. Orang Islam pada saat tersebut berdoa agar Allah senantiasa menurunkan ampunan-Nya.
Lambat laun tradisi ini menjadi rutinitas warga Kota Cirebon khususnya. Bahkan pada Rebo Wekasan juga ada tradisi “Ngirap” yang dilaksanakan oleh warga pinggiran Kota Cirebon (Dukuh Semar dan Derajat). Ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Ilahi, dan dari sinilah lahir tradisi :Ngirap”.
Kita dapat mengambil sebuah makna positif dari sebuah tradisi. Mengambil kesesuaian dari hukum-hukum Syari. Selagi tidak ada pertentangan dengan akidah, maka tradisi yang baik perlu kita lestarikan. Seperti halnya Rebo Wekasan yang dilaksanakan untuk tujuan memohon ampunan Allah SWT., maka tradisi ini harus kita lestarikan.

1 comment: