Oleh: Ibnu Malik
Sebagai Umat Islam dan Jawa pada
khususnya kita sudah tidak asing dengan upacara yang dinamakan dengan Rebo Wekasan. Pada hari tersebut
orang-orang akan berdoa memohon keselamatan kepada Allah SWT. Ada juga yang
membuat kue apem dan membagikannya kepada para tetangga. Ada pula yang membuat
semacam rajah (tulisan berisi doa penolak bala) untuk disimpan di atas pintu
rumahnya. Walaupun banyak versi yang
menerangkan tentang kegiatan Rebo Wekasan,
namun pada intinya mempunyai satu tujuan yaitu untuk menghindarkan diri
dari dosa dan segala bencana.
Hari rabu merupakan hari saat
Rasulullah saw., pertama kali oleh Allah diberi sakit. Pada hari itu pula
merupakan hari terakhir Rasulullah saw., sehat. Pada hari tersebut juga merupakan
hari Syekh Siti Jenar dieksekusi di Cirebon oleh Wali Sanga yang diwakili Sunan
Kudus. Karena Syekh Siti Jenar mempunyai anak asuh (anak yatim), maka sebelum
dieksekusi beliau berwasiat titip anak yatim. Pada masa selanjutnya anak-anak
yatim asuhan Syekh Siti Jenar berkeliling ke rumah-rumah warga untuk meminta
sumbangan biaya hidup sambil menyanyikan syair “Tawur Ji”.
Syekh Siti Jenar mempunyai anak yatim
yang diasuh sebanyak 21 orang. Setelah wafatnya Syekh Siti Jenar dan kedua
murid tertuanya, maka kedua puluh satu anak-anak gembala kambing Syekh Siti
Jenar terlantar, terutama perihal sandang pangannya. Oleh karena inilah mereka
ditampung oleh yang berwenang di Cirebon yaitu bagian Sosial.
Sebagaimana ditulis oleh P.S.
Sulendraningrat dalam bukunya Sejarah
Cirebon, bahwa anak-anak asuh Sekh Siti Jenar dianjurkan untuk mendatangi
Masjid Agung Cirebon saban hari Jumat untuk menerima sedekah alakadarnya dari
orang-orang yang sholat Jumat dan dianjurkan pula agar mereka sejak awal Rabu
hingga Rabu wekasan/penutup/terakhir dalam tiap bulan Safar, mendatangi saban
rumah penduduk Kota Cirebon khususnya dengan ucapan “Tawur Ji Tawur, selamat dawa umur”
(Ji adalah perpendekan dari kata Aji artinya yang terhormat, yang
dimaksud dengan istilah Aji itu kalau sekarang adalah Bapak, Ibu, Sudara, atau
Saudari). (P.S. Sulendraningrat: 49: 1975)
Tradisi ini sangat bagus untuk
dilestarikan, karena doa anak yang masih suci itu sangat ampuh/terkabul oleh
Allah SWT. Sebagai balasan warga Kota Cirebon kepada anak-anak yatim tersebut
maka mereka akan memberikan bantuan berupa sandang dan pangan.
Tradisi tawur atau sawer merupakan ajaran agar kita selalu
menebarkan keutamaan, kebaikan, dan kesholehan. Ini bertujuan agar kita
mendapatkan keselamatan serta ridho Allah SWT. Menebarkan keutamaan dan
kebaikan ini disimbolkan melalui kegiatan Tawur
Ji. Salah satu tempat di Cirebon yang melaksanakan tradisi ini adalah
Daerah Astana Gunung Jati.
Pada hari Rebo Wekasan juga sebagian orang akan membuat kue apem. Apem yang diambil
dari Bahasa Arab yaitu Afuwun yang
berarti Ampunan. Orang Islam pada saat tersebut berdoa agar Allah senantiasa
menurunkan ampunan-Nya.
Lambat laun tradisi ini menjadi
rutinitas warga Kota Cirebon khususnya. Bahkan pada Rebo Wekasan juga ada tradisi “Ngirap”
yang dilaksanakan oleh warga pinggiran Kota Cirebon (Dukuh Semar dan
Derajat). Ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Ilahi, dan dari
sinilah lahir tradisi :Ngirap”.
Kita dapat mengambil sebuah makna
positif dari sebuah tradisi. Mengambil kesesuaian dari hukum-hukum Syari.
Selagi tidak ada pertentangan dengan akidah, maka tradisi yang baik perlu kita
lestarikan. Seperti halnya Rebo Wekasan
yang dilaksanakan untuk tujuan memohon ampunan Allah SWT., maka tradisi ini
harus kita lestarikan.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete